Preeklampsia







ASUHAN KEBIDANAN
KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL
Hipertensi dalam kehamilan, Preeklamsia dan eklampsia,
Hipertensi Kronik dan kejang


Disusun Oleh:
Yeni Muslihawati




AKADEMI KEBIDANAN BINA HUSADA
TANGERANG
2014
1.      Hipertensi Dalam Kehamilan
a.      Pengertian
Hipertensi dalam kehamilan mencakupi hipertensi karena kehamilan dan hipertensi kronik (meningkatnya tekanan darah sebelum usia kehamilan 20 minggu). Nyeri kepala, kejang, dan hilangnya kesadaran sering berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan. Keadaan lain yang dapat mengakibatkan kejang ialah epilepsi, malaria, trauma kepala, meningitis, ensefalitis dan lain-lain. (Sarwono, 2010).
Hipertensi karena kehamilan yaitu: tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg yang disebabkan karena kehamilan itu sendiri, memiliki potensi yang menyebabkan gangguan serius pada kehamilan. (Ai Yeyeh, 2014).
Hipertensi berasal dari bahasa latin yaitu hiper dan tension. Hiper artinya tekanan yang berlebihan dan tension artinya tensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi medis dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam waktu yang lama) yang mengakibatkan angka kesakitan dan angka kematian. Seseorang dikatakan tekanan darah tinggi atau hipertensi apabila tekanan darah sistolik >140 mmHg dan diastolic >90 mmHg. (FK UI 2006).
Hipertensi karena kehamilan yaitu: hipertensi yang terjadi karena atau pada saat kehamilan, dapat mempengaruhi kehamilan itu sendiri biasanya terjadi pada usia kehamilan memasuki 20 minggu. (Ai Yeyeh, 2014)
a.       Tekanan diastolik merupakan indikator untuk prognosis pada penanganan hipertensi dalam kehamilan.
b.      Tekanan diastolik mengukur tahanan perifer dan tidak dipengaruhi oleh keadaan emosi pasien (seperti pada tekanan sistolik)
c.       Jika tekanan diastolik ≥ 90 mmHg pada dua pemeriksaan berjarak 4 jam atau lebih, diagnosisnya adalah hipertensi. Pada keadaan urgen, tekanan diastolic 110mmHg dapat dipakai sebagai dasar diagnosis, dengan jarak waktu pengukuran < 4 jam.
-          Jika hipertensi terjadi pada kehamilan > 20 minggu, pada persalinan, atau dalam 48 jam sesudah persalinan, diagnosisnya adalah hipertensi dalam kehamilan.
-          Jika hipertensi terjadi pada kehamilan < 20 minggu, diagnosisnya adalah hipertensi kronik.
d.      Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan meliputi:
-          Hipertensi (tanpa proteinuria atau edema)
-          Preeklampsia ringan
-          Preeklampsia berat
-          Eklampsia
b.      Patofisiologi
Menurut Corwin, 2001: Peningkatan kecepatan denyut jantung. Peningkatan volume/ curah jantung yang bermasalah lama, peningkatan tekanan perifer yang berlangsung lama.
c.       Manifestasi Klinis
Gejala yang biasanya muncul pada ibu yang mengalami hipertensi pada kehamilan harus di waspadai jika ibu mengeluh: nyeri kepala, kadang- kadang disertai mual, muntah akibat peningkatan tekanan intrakranium, pengelihatan kabur, ayunan langkah yang tidak mantap, pembengkakan.
d.      Pencegahan Penyakit Hipertensi
Pencegahan penyakit hipertensi secara umum agar menghindari tekanan darah tinggi adalah dengan mengubah gaya hidup sehat, tidak terlalu banyak pikiran, mengatur diet/ pola makan seperti rendah garam, rendah kolestrol, dan lemak jenuh, meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok, perbanyak makan mentimun, belimbing dan juga jus apel dan seledri setiap pagi.

2.      Pre eklampsia
a.      Pengertian
Pre eklampsia adalah penyakit dengan tanda- tanda hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa. (Prawirohardjo, 2005).

Pre eklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan dalam masa nifas yang terdiri dari hipertensi, proteinuria dan edema yang kadang- kadang disertai konvulsi sampai koma, ibu tersebut tidak menunjukan tanda- tanda kelainan vascular atau hipertensi sebelumnya. (Muchtar, 1998).

Pre eklampsia bisa menjadi pertanda masalah serius, misalnya, menunjukkan bahwa plasenta terlepas dari rahim. Dalam beberapa kasus, pre eklampsia yang tidak dikelola dapat berkembang menjadi eklampsia, suatu situasi yang mengancam jiwa baik bagi ibu dan janin yang ditandai dengan koma dan kejang. Sekitar satu dari 20 kasus pre eklampsia berkembang menjadi eklampsia. (Ai Yeyeh, 2014)
Ø  Etiologi
Penyebab pre eklampsia saat ini tidak bisa di ketahui secara pasti, walaupun penelitian yang dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian maju, semuanya baru didasarkan pada teori yang dihubung- hubungkan dengan kejadian. Itulah sebab pre eklampsia disebut juga “disease of theory”, gangguan kesehatan yang berasumsi pada teori.

Ø  Jenis- jenis Pre eklampsia
a)      Preeklampsia Ringan
Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi di sertai proteinuria dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu. Penyebab preeclampsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini di anggap sebagai “maladaption syndrome”.
Gejala klinis preeclampsia ringan meliputi: (1) kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastole 15 mmHg atau lebihdari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau sistol 140 mmHg sampai 160 mmHg, diastol 90 mmHg sampai 110 mmHg. (2) proteinuria: secara kualitatif lebih 0,3 gr/ liter dalam 24 jam atau secara kualitatif positif. (3) Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.

Preeklamsia Ringan pada kehamilan kurang dari 37 minggun jika belum ada perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan:
a.       Pantau tekanan darah, urin ( untuk protein urinaria ), refleks, dan kondisi janin.
b.      Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya preeklamsia dan eklampsia.
c.       Lebih banyak istirahat.
d.      Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam).
e.       Tidak perlu obat-obatan.


f.       Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat dirumah sakit:
1.      Diet biasa.
2.      Pantau tekanan darah 2 kali sehari, dan urin (untuk proteinuria) sekali sehari.
3.      Tidak perlu diberi obat-obatan.
4.      Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi kordis, atau gagal ginjal akut.
Pada Kehamilan lebih dari 37 minggu
a.       Jika serviks matang, pecahkan ketuban dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.
b.      Jika serviks belum matang, lakukan pematangan dengan prostaglandin atau kateter foley atau lakukan seksio sesarea.
b)     Preeklampsia Berat
Preeaklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang di tandai dengan timbulnya hipertensi 160/ 110 mmHg atau lebih di sertai proteinuria atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Gejala dan tanda preeclampsia berat: tekanan darah sistolik >160 mmHg, tekanan darah diastolik > 110 mmHg, peningkatan kadar enzim hati atau ikterus, trombosit < 100.000/mm3, oliguria < 400 ml/ 24 jam, proteinuria > 3 gr/ liter, nyeri epigastrum, skotoma, dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat, perdarahan retinaoedem pulmonum.
Penyulit lain juga bisa terjadi, yaitu kerusakan organ- organ tubuh seperti gagal jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan pembekuan darah, sindroma HELLP, bahkan dapat terjadi kematian pada janin, ibu, atau keduanya apabila preeklampsia tak segera diatasi dengan baik dan benar.

3.      Hipertensi Kronik
a.      Pengertian
Jika tekanan darah sebelum kehamilan 20 minggu tidak diketahui, sulit membedakan antara preeklampsia dan hipertensi kronik, dalam hal demikian, tangani sebagai hipertensi dalam kehamilan.

4.      Kejang dan koma
a.    Pengertian
Eklampsia harus di diagnose dini dengan epilepsi, malaria selebral, trauma kepala, penyakit serebrovaskuler, ontoksikasi (alcohol, obat, racun), kelainan metabolisme (asidosis), meningitis, ensefalitis, ensefalopati, intoksikasi air, hysteria dll.













b.      Penilaian Klinik









 



















c.       Gejala dan tanda hipertensi dalam kehamilan
1.      Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan hipertensi dalam kehamilan, oleh karena tekanan diastolik mengukur tahanan perifer dan tidak tergantung keadaan emosional pasien.
2.      Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik ≥90 mmHg pada 2 pengukuran berjarak 1 jam atau lebih.

d.      Klasifikasi Hipertensi dalam kehamilan
Diagnosis
Tekanan darah
Tanda lain
Hipertensi karena kehamilan
·         Hipertensi






·         Preeklampsia ringan

·         Preeklampsia berat





·         Eklampsia

·         Kenaikan tekanan diastolik 15 mmHg atau >90 mmHg dalam 2 pengukuran berjarak 1 jam atau tekanan diastolic sampai 110 mmHg
·         Idem

·         Tekanan diastolic >110 mmHg




·         Hipertensi

·         Proteinuria(-)
·         Kehamilan > 20 minggu




·         Proteinuria (+)
·         Proteinuria (++)
·         Oliguria
·         Hiperrefleksia
·         Gangguan pengliahatan
·         Nyeri epigastrum
·         Kejang
Hipertensi kronik
·         Hipertensi Kronik

·         Superimposed pre-eclampsia

·         Hipertensi


·         Hipertensi kronik

·         Kehamilan < 20 minggu

·         Proteinuria + tanda-tanda lain dari preeklampsia


Klasifikasi Hipertensi Karena Kehamilan
1.      Lebih sering pada primigravida. Patologi telah terjadi akibat implantasi sehingga timbul iskemia plasenta yang diikuti sindrom inflamasi.
2.      Resiko meningkat pada:
-          Masa plasenta besar (pada gemelli, penyakit trofoblas).
-          Diabetes mellitus.
-          Isoimunisasi resus.
-          Faktor herediter.
-          Masalah vaskuler.
3.      Hipertensi karena kehamilan:
-          Hipertensi tanpa proteinuria atau edema.
-          Preeklampsia ringan.
-          Preeklampsia berat.
-          Eklampsia.
4.      Hipertensi karena kehamilan dan preeklampsia ringan sering ditemukan tanpa gejala, kecuali menigkatnya tekanan darah. Prognosis menjadi lebih buruk dengan terdapatnya proteinuria. Edema tidak lagi menjadi suatu tanda yang sahih untuk preeklampsia.
5.      Preeklampsia berat di diagnosis pada kasus dengan salah satu gejala berikut:
-          Tekanan diastolik > 110mmHg
-          Proteinuria ≥(++)
-          Oliguria < 400 ml per 24 jam
-          Edema paru: nafas pendek, sianosis, rhonkhi+
-          Nyeri daerah epigastrium atau kuadran atas kanan
-          Gangguan penglihatan: skotoma/penglihatan berkabut
-          Nyeri kepala hebat, tidak berkurang dengan analgesic biasa
-          Hiperrefleksia
-          Mata: spasme arteriolar, edema, ablasio retina
-          Koagulasi: koagulasi intravaskuler disseminate, sindrom HELLP
-          Pertumbuhan janin terhambat
-          Otak: edema serebri
-          Jantung: gagal jantung
6.      Eklampsia ditandai oleh gejala-gejala preeklampsia berat dan kejang:
-          Kejang dapat terjadi tidak tergantung dari beratnya hipertensi
-          Kejang bersifat tonik-kronik, menyerupai kejang pada epilepsi grand mal
-          Koma terjadi sesudah kejang, dapat berlangsung lama (berjam-jam).
e.      
·         Iskemi uteroplasenta.
-          Pertumbuhan janin terhambat.
-          Kematian janin.
-          Persalinan premature.
-          Solusio plasenta.
·         Spasme arteriolar.
-          Perdarahan serebral.
-          Gagal jantung, ginja, hati.
-          Ablasio retina.
-          Tromboembolisme.
-          Gangguan pembekuan darah.
·         Kejang dan koma.
-          Trauma karena kejang.
-          Aspirasi cairan, darah, muntahan, dengan akibat gangguan pernafasan.
·         Penanganan tidak tepat.
-          Pneumonia.
-          Infeksi saluran kemih.
-          Kelebihan cairan.
-          Komplikasi anastesi atau tindakan obstetrik.
 
Komplikasi











f.       Pencegahan
·         Pembatasan kalori, cairan, dan diet rendah garam tidak dapat mencegah hipertensi karena kehamilan, malah dapat membahayakan janin.
·         Manfaat aspirin, kalsium, dan lain-lain dalam mencegah hipertensi karena kehamilan belum terbukti.
·         Yang lebih perlu adalah deteksi dini dan penanganan cepat tepat. Kasus harus ditindaklanjuti secara regular dan diberi penerangan yang jelas bilamana harus kembali ke pelayanan kesehatan. Dalam rencana pendidikan keluarga (suami, orang tua, mertua, dll) harus dilibatkan sejak awal.
·         Pemasukkan cairan terlalu banyakmengakibatkan edema paru.

g.      Penanganan
Hipertensi karena kehamilan tanpa proteinuria
Jika kehamilan < 37 minggu, tangan secara rawat jalan:
·         Pantau tekanan darah, proteinuria, dan kondisi janin setiap minggu.
·         Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia
·         Jika kondisi janin memburuk, atau terjadi pertumbuhan janin terlambat, rawat dan pertimbangankan terminasi kehamilan.
Preeklampsia Ringan
a.       Jika kehamilan < 37 minggu, dan tidak ada tanda-tanda perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan:
·         Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin.
·         Lebih banyak istirahat.
·         Diet biasa.
·         Tidak perlu diberi obat-obatan.

·         Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat dirumah sakit:
-          Diet biasa.
-          Pantau tekanan darah 2X sehar, proteinuria 1X sehari.
-          Tidak perlu obat-obatan.
-          jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia.
b.      Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi:
·         jika serviks matang lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500ml dekstrose IV 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.
·         Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter foley, atau terminasi dengan resiko sesarea.
Preeklamsia Berat Dan Eklampsia
Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalian harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia.
Penanganan Kejang
·         Beri obat antikonvulsan.
·         Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan, masker oksigen, oksigen).
·         Lindungi pasien dari kemungkinan trauma.
·         Aspirasi mulut dan tenggorokan.
·         Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk mengurangi risiko yang rasi.
·         Beri O2 4-6 liter/menit.
Penanganan Umum
·         Jika tekanan diastolik >110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan diastolik diantara 90-100 mmHg.
·         Pasang infuse Ringer Laktat dengan jarum besar ( 16 gauge atau > ).
·         Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload.
·         Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria.
·         Jika jumlah urin <30 ml per/jam:
-          Infuse cairan dipertahankan 1 1/8 jam
-          Pantau kemungkinan edema paru.
·         Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian janin.
·         Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam.
·         Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru. Krepitasi merupakan tanda edema paru. Jika ada edema paru, stop pemberian cairan, dan berikan diuretic misalnya furosemide 40 mg IV.
·         Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati.










DAFTAR PUSTAKA
Ai Yeyeh, Rukiah. 2014. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta: TIM.
Bari Abdul, dkk. 2010. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Martenal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Pelayanan kesehatan Martenal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Mochtar, Rustam. 1998.Sinopsis Obstetri. Obstetri Fisiologi Dan Obstetri Patologi. Jilid 1. Jakarta: EGC.
Wylie, Linda, 2010. Manajemen Kebidanan: Gangguan Medis Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: EGC.





Tidak ada komentar: